“Udah tahu Indonesia mayoritas Muslim, malah bikin gereja.”
Cina
***
Yayaya, apalagi kalau bukan Cin(T)a. Cina, Tuhan dan Annisa. Film yang saya terlambat nonton. Pertama saya tahu film ini dari Gunawan Rudy. Waktu pertama kali mendengarnya, saya cukup terkejut. Berani juga bikin film seperti ini? Setelah film cinta-cintaan Islami ala Ayat-ayat Cinta yang mendapat sambutan baik di kalangan kanan, sekarang ada film cinta-cintaan lintas agama dan ras? Apakah ndak bakal menuai kontroversi? Dan beberapa jam sebelum menulis postingan ini, saya diberitahu pacar saya bahwa dia akan menonton film Cin(t)a ini bersama teman-temannya. Dia sendiri ada di Malaysia, jadi saya pun terkaget-kaget, darimana temannya ini dapat film ini? Ada yang baru saja datang dari Indonesia? Bukan! Ternyata sudah ada di internet! Jadilah saya menonton film ini. ๐
Saya sendiri tidak akan membuat review lain. Gunawan sudah menganalisis film tersebut di postingannya. Pendapat saya pun kurang lebih sama dengan dia. Aktingnya, terutama dialog si Cina, agak kaku, dan beberapa adegan terkesan klise, tapi ya, mengingat ini film pertama bagi sutradara maupun bintangnya, (barangkali) bisa dimaklumi lah. Semoga saja karya berikutnya akan lebih baik. They look promising.
Saya di sini hanya akan menulis kesan pribadi saya terhadap di film ini. Pertama, jelas. I am a Catholic, and I am dating a Muslim girl, mirip seperti Cina (bedanya, dia Protestan) dan Annisa. Berhijab. Our story is pretty much known to our avid readers *halah*, so I think I should not cover this too much.
Lalu, saya sempat bertanya-tanya. Kenapa latarnya mesti tahun 2000. Ternyata karena ia ingin memasukkan peledakan bom di gereja-gereja malam Natal tahun itu. Dan ingatan saya kembali ke masa lalu. Bagaimana di desa saya di Ponorogo, tahun 90-an, kami barangkali adalah satu-satunya keluarga Kristen di sana dan mereka menerima kami sebagai pendatang (ibu saya mulai bekerja di sana kalau tidak akhir 80-an ya awal 90-an) dengan baik. Puskesmas tempat ibu saya bekerja tentu saja mayoritas stafnya adalah Muslim, dan mereka adalah orang-orang yang baik. Waktu berjalan, malam Natal tahun 2000, pengeboman di gereja. Untungnya gereja saya di Pugeran, Yogyakarta ga kena. Tapi setelah itu, kami merasa tidak nyaman di gereja. Beberapa kali kami mesti melihat polisi dan pemuda Banser di luar gereja. Walaupun mereka ada untuk mengamankan situasi, dan kami juga mesti berterima kasih kepada mereka, ini adalah tanda bahwa suasana belum sepenuhnya aman. Things just would never be the same.
Dan saya memahami bagaimana perasaan Cina. Saya teringat membaca Jawa Pos, suatu hari di pertengahan pertama dekade 2000an ini. Tentang pengadilan Imam Samudra. Tentang bagaimana dia menutup telinganya hanya supaya tidak mendengarkan ayat Alkitab (kitab suci lainnya dia mau mendengarkan). Dan untuk pertama kalinya lah saya menemukan bahwa yang seperti ini masih ada di dunia. Dan untuk pertama kalinya hati saya sebagai orang Kristen terluka. And I started to see the world differently.
Dan saya memahami bagaimana perasaan Annisa, sebagai seorang Muslim moderat yang malu akan tindakan sesama Muslim. Well saya pun pernah merasa demikian pada sesama Kristen. Ndak usahlah saya bongkar kebobrokan kami, sampai-sampai ada ucapan,
“I like your Christ. I do not like your Christians. Your Christians are so unlike your Christ.”
Mohandas Karamchand Gandhi
Omong-omong, dari negeri seberang (Malaysia), saya juga pernah menonton film dengan tema serupa, arahan sutradara yang menjadi musuh besar tokoh-tokoh Muslim konservatif di sana. Siapa lagi kalau bukan Yasmin Ahmad. Filmnya sendiri berjudul Sepet, sipit kalau dalam Bahasa Indonesia. Ya, orang Cina kan stereotipnya bermata sipit toh? Anyway, filmnya sendiri pada dasarnya bagus. Lebih down to earth ketimbang Cin(t)a, dan aktingnya lebih bagus. Ya memang sutradara dan bintang filmnya kawakan. Tapi saya tidak suka endingnya. Terlalu nyinetron.
Dan, ya, begitulah. I just wish that…ah, I better stop here. Ini bukan postingan menye.
Terakhir, saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang berperan serta dalam pembuatan film tersebut. Dikarenakan tidak adanya pemutaran film di Singapore, negara tempat saya tinggal (hanya diputar di Indonesia, Inggris dan Australia), dan distribusi film yang terbatas di dalam negeri saja, saya mesti nonton film ini via Youtube, yang diupload orang pada 2 Mei 2010. Dan sayangnya saya adalah tipe orang yang menonton film hanya sekali, jadi besar kemungkinan saya tidak akan membeli CD-nya.
.
.
.
.
.
PS: Saya konon menemukan sebuah postingan blog yang mengatakan bahwa film ini sesat. Mungkin Anda bisa mencarinya sendiri dengan kata kunci Cin(t)a dan WordPress. Ya, sesat memang film ini. Sesaaaat!!!11
PPS: Sebagai penutup yang sebenar-benarnya, saya ingin memberi lagu ini. Saya dengarkan sebelum menonton film ini. Selamat mencicipi. Tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya!
And of course I still remember how you slapped me really hard back then.
ah lama sekali baru direview sekarang.
Susah tau dapetnya ๐
BTW saya kok ada prasangka ini film mempromosikan deisme ya ๐
Sebagai antitesis, sebaiknya anda menonton menculik miyabi. ๐
Kalau anda merasakan cin(T)a, lalu siapa pula itu tu(H)an???
Gapapa telat nge-review, dari pada saya belom nonton sama sekali sampe sekarang. ๐
@Ando-kun
Halah film itu lagi ๐
Lha siapa memangnya tu(H)an? ๐
@Asop
Itu udah ada di Youtube, coba cari aja. ๐
suara Annisa nya sayup-sayup sampai! ๐
dan… Sunny Soooooonnnn kyaaaaa~ :-*
๐
Sayup-sayup sampai itu maksudnya gimana to? ๐
Lha itu ada pengganti alternatifnya si Gunawan Rudy, ndak mau? :-“
Belom nonton..
Ndak ada temennya.. dan ngeri membuka luka lama ๐
Kalau soal trauma marisa a.k.a kejadian di masa lalu, gue sulit lepas hehehe
di Indonesia tapi malah nggak pernah tau ada pilem ini, males rasanya klo harus nonton di yutub. koneksi internet pas2an >_<
cobalah yang CINtA. lebih merunduk-ke-bumi tuh. :p
*lebih tertarik ama kisah 00 Qan[T] eh Cin[T]a Lambrtz ketimbang postingan blog ini*