Saya ingin meniru jejak Bang Ando yang suka cerita-cerita tentang teman-temannya di lab dulu maupun di kantor.
Jadi ada salah satu teman, seorang staf, berkebangsaan RRT. Marganya Liu, tapi kami biasanya memanggil dengan nama baratnya. Orangnya ini ramah, suka bercanda, dan jago programming. Banget. Saya belajar banyak dari dia tentang testing, yang sering terlupakan di komunitas riset.
Siang ini, karena ada seorang staf lain, namanya Nam, orang Vietnam, yang mau keluar dari lab, kami setim makan bersama di kantin yang agak jauh dari lab. Singkat cerita, sewaktu perjalanan pulang ke lab, saya lupa gimana asalnya kok saya dan Liu tiba-tiba membicarakan politik. Jadi dia bercerita kalau dia lulusan USTC, salah satu universitas favorit di daratan Tiongkok (tidak termasuk Hong Kong), ya katakan masih di dalam 10 besar lah. Konon kabarnya, berdasar cerita dia, pada jaman dulu USTC ini termasuk universitas yang bebas di Cina. Tahu sendirilah Cina pada pertengahan kedua abad 20 seperti apa, jadi saya membayangkan USTC ini dulunya universitas yang mahasiswanya aktif menyuarakan pendapatnya, begitu.
Nah, pada 1989… (pada titik ini mustinya Saudara sudah tahu saya mau ngomongin apa ) …saya ga tahu ini benar atau nggak, karena di Wikipedia juga ga ada beritanya, tapi menurut dia, kampusnya ini aktif melawan pemerintah. Kemudian dia bercerita kalau pada tahun itu, di lapangan Tiananmen terjadi unjuk rasa anti pemerintah, yang salah satunya dipelopori oleh mahasiswa USTC. Konon puluhan ribu mahasiswa yang datang dari berbagai universitas dan berkumpul di lapangan itu, habis dalam 1 jam. Dihabisi, as in dibunuh oleh tentara. Dia membandingkannya dengan rentetan revolusi di Timur Tengah: Mesir, Tunisia, dan Libya, yang menurut dia “belum ada apa-apanya”. Saya pun bodoh pula membawa Peristiwa Mei 1998 di Jakarta, yang tentunya skalanya lebih kecil dari Tiananmen, walaupun waktu saya mau bawa pembantaian terhadap PKI jaman 60an kami sudah dekat lab dan arah pembicaraan sudah berganti. Anyway, kembali ke Tiananmen, dia bercerita kalau ada tetangga dan saudara (agak jauh sepertinya) yang ikut demonstrasi. Ketika berangkat demo, mereka ini sangat bersemangat. Ketika kembali (ya mereka beruntung bisa pulang hidup), mereka jadi sangat pendiam, mungkin gara-gara melihat pemandangan menyeramkan di lapangan sono. Akibatnya juga, mirip dengan mantan PKI dan keturunannya di Indonesia, orang-orang ini jadi susah mendapatkan pekerjaan. Ya dapat sih, tapi mungkin kurang bergengsi kali ya, karena kata dia pekerjaan bergengsi di Cina adalah di BUMN, dan untuk masuk sana, seseorang harus masuk partai. Ya partai apa lagi. Lalu, waktu Liu masuk USTC, dari awal sudah diwanti-wakti presiden universitasnya untuk tidak membicarakan politik.
Saya cukup heran waktu mendengar dia bercerita. Jujur saja saya agak takut berbicara politik dengan orang Cina, wong orang Vietnam aja macam [begini]. Eh ternyata tidak. Liu justru agak terbuka tentang sejarah kelam negaranya. Mungkin karena keluarga dia ada yang berperan serta dalam pemberontakan itu sih.
Liu bakal keluar akhir bulan ini. Orang kelima yang keluar sejak 2008. Memang di sini kerjanya project-based sih, jadi orang-orang keluar dan masuk. Tapi tak apa. Seiring kepergian Nam dan Liu, lab kami barusan ketambahan 3 orang: 2 orang mahasiswa master, masing-masing dari Indonesia dan Myanmar (yang Myanmar ini beeuuuuh…cewek cakep banget, tampang-tampang seleb begitu 😳 sayang ga kena dimakan 😆 ), serta satu orang intern, orang Perancis keturunan Cina, mahasiswa universitas di Perancis sono. 😀
dirimu kapan keluarnya Jo?
*dilempar ke RRC tahun 1989*
Eaaa…. ikut-ikut… *eh*
Wahlau….. orang RRT non Hong Kong suka pake nama barat juga? Baru tau nih.
Untung gak jadi, soalnya koq kurang relevan yah. Pembantaian Tiananmen terjadi sekali sabet dalam beberapa hari, coba bandingkan dengan pembantaian terhadap PKI yang terjadi sampai beberapa tahun (makanya dibilang tahun 60an). Secara kumulatif mungkin korban PKI lebih banyak, tapi wajar dong kalau melihat waktunya yang dalam hitungan tahun.
btw, situ koq kayak gak mau kalah… mau adu tanding negara mana yang lebih patut dikasihani? 😆
O iya, aku jadi inget cerita teman orang Kamboja jaman Polpot. Orang2 terdidik yang lari keluar negeri diundang pulang oleh Polpot untuk bersama-sama membangun Kamboja. Alhasil, banyak yang percaya dan pulang kembali ke Kamboja. Hasilnya bisa ditebak. Setelah banyak terkumpul, mereka semua dieksekusi mati. Hingga sampai sekarang kata temanku, jumlah PhD di dalam negeri Kamboja bisa dihitung dengan jari tangan (dan dia iri dengan Indonesia soal ini, hehehe)
GOLKAR!!!!! \m/
eh… kalau dipikir2, Orde Baru yang gemar menghina komunis ternyata malah memakai cara-cara komunis…. ironis dan tragis.
Pertanyaan yang sama dgn Akiko. Kapan bisa kopdar di Tsukuba?
@Akiko
*lempar ke Tiananmen 1989, as requested*
@Ando-kun
Biarin ikut-ikut, salah sendiri ndak dipatenin. :-”
Yup, saya berkenalan dengan nama-nama macam Jerry, Harry, Michael, Justin, yang datang dari RRT non Hong Kong (atau Macau). Alasannya sama sih, biar lebih orang asing lebih mudah mengenali mereka. Dan tentunya ga cuma orang Cina yang begini, soalnya teman lain, orang Vietnam, juga dulu memperkenalkan diri dengan nama Barat, sebelum saya akhirnya memilih memanggil dengan nama Vietnamnya. 😆
Eh iya ya, saya kemarin ga mikir ke situ je. 😆
Eh kesannya jadi begitu ya. 😆
Alasan saya bawa komunis biar rada simpatetik gitu ke dia, eh ternyata dia ada di sisi lain.Lah situ baru sadar? OrBa kan komunis terselubung. 😕 *eh*
O iya, kayanya pernah dengar ini juga, dari kamu bukan ya? Serem juga. 😐
:-”
Dan kalau iri dengan Indonesia, kok ya lucu. Pertama, saya sering sebel sama Indonesia masalah pendidikan, eh dianya malah iri ke kita. Kedua, itu negeri tetangga dia PhD nya lebih banyak, mana banyak lulusan univ bergengsi USA pula. Jangan-jangan biar “mengenakkan” kamu itu Bang. 😆
Kalo dirimu dipanggil pulang, mau ga Bang?
GRAAAAAA~!!! 👿
Mudah-mudahan deh, kalau ada konferensi di Jepang atau sayanya postdoc ke Jepang. 😀
saya kok langsung fokus yang ini ya…
kenapa gak kena dimakan? *kalem campur kepo*
ahh..dia gak pernah ceritain masalah tiananmen ke saya 😀
Eaaaa
kayaknya bakal rajin kerja nih si Nixx :)) huahahahaha
I think I can see the big picture here, u wrote a piece about Liu to familiarize ur reader to ur writing bout ur colleague. so later when u write about that pretty new kids on the block, we won’t tease u around ;))
*hipotesa ngasal* hahahhaha
anw aku sedih kalo baca atau denger tentang Tiannamen 😐
@itikkecil
You know lah, masalah-masalah “itu”. Umur, agama, dsb.
@Eon Strife
Aku pun kemarin ga nyangka kok arahnya bisa ke sana. Mana dia ceritanya ketawa-ketawa lagi. 😆
@Ceritaeka
Maksudnya cewek Myanmar itu? Saya ga ngejar kok. Seperti saya tulis ke reply saya buat Mbak Bebek, terlalu problematik. Jadinya ya, buat diliat-liat aja. 😆
wah ternyata menyeramkan yak di RRC,
aku gak tahu apa2 yang terjadi tahun 1989,
baru tahu dari bacaan ini *kampungan* hehehehe..
Selamat datang dan salam kenal Mbak niee 😀
Yup, [peristiwa 1989] itu sangat menghebohkan dan sampai sekarang nampaknya masih membuat trauma RRT. FYI, informasi tentang peristiwa ini masih disensor di sana, dan Liu Xiaobo, penerima Nobel Perdamaian 2010, adalah veteran unjuk rasa ini dan sampai sekarang masih aktif memprotes pemerintah sana. 🙂
@ lambrtz
Sebentar…:-?
*baca ulang posting*
Masa sih mas Liu yang di posting ada hubungan sama penerima Nobel itu…? ^^;;
*apa saya terlalu semangat menghubung2kan*