Komentar Uni Akiko di sini membuat saya berpikir, seberapa sering kita mendoakan musuh kita, dan bukannya justru mengutuki mereka?
Pada tanggal 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II ditembak olehย Mehmet Ali Aฤca sampai terluka parah, kehilangan tiga perempat darahnya. Motivasinya, diduga ada hubungannya dengan komunisme, walaupun ada dugaan lain. Namun, alih-alih mengutuki Mehmet, setelah sembuh Paus justru mengunjunginya di penjara pada tahun 1983, dan juga bertemu dengan keluarganya. Mereka pun berteman setelah itu.
Nah, seberapa sering kita mendoakan musuh kita? Osama bin Laden, George W Bush, Mahmoud Ahmadinejad, Kim Jong Il, Ariel Sharon, Barrack Obama, Amrozi, Imam Samudra, Fabianus Tibo, Abubakar Baasyir, Habib Riziq, Terry Jones, Jack Chick, John Lennon, Karl Marx? Atau tidak usah jauh-jauh. Orang di sekitar kita yang pernah menyakiti? Yang pernah menyelingkuhi? Yang pernah menipu? Yang pernah mengkhianati? Anggota keluarga? Saudara? Orang tua? Mantan pacar? Mantan suami/istri?
Saya jadi terpikir jangan-jangan postingan saya itu juga sebenarnya tidak pantas. Tapi ya sudahlah, walaupun 1) saya tetap lega karena event ini terjadi ketika saya tidak mengaktifkan account Facebook (dengan asumsi kematian beliau di tangan tentara Amerika cepat atau lambat akan datang), dan 2) saya tidak suka Osama bin Laden seperti halnya saya tidak suka ekstrimis-ekstrimis lain, saya tidak tertarik untuk menghapus postingan itu. Sebagai gantinya, mari kita berdoa saja: Ya Tuhan, biarkan arwah Eyang bin Laden beristirahat dengan tenang di sana, dan terimalah dirinya di sisiMu. Dengan kata lain, izinkan dirinya masuk surga. Amin.
We’re just two lost souls swimming in a fishbowl year after year
Pink Floyd – “Wish You Were Here”
Saya masih bingung dgn hal ini:
Maksudnya, apakah itu menghindarkan Lambrtz mencaci maki dan mengutuk bin Laden lwt update status di fb?
Atau menghindarkan Lambrtz menyanjung-nyanjung pasukan Amerika yang sedang menginvasi Afganistan lwt status fb?
Atau malah menghindarkan Lambrtz bergosip ttg benar atau tidaknya berita terbunuhnya bin Laden?
wah… kayaknya harus konfirmasi ulang
Btw, sekali lagi saya pengen nulis my favorite sarcastic quote dari serial LMOTP season 4 episode 1, kutipan khotbah Reverend Thorne:
“Jesus said, love your enemies.”
“But remember my children, they are still enemies!”
(sambil melirik imam masjid mercy yg kaget)
๐
Bahan renungan, asumsi dia memang benar2 mengakibatkan semua tragedi itu, termasuk September 11 :
1. Osama tidak mengakibatkan kematian dari kenalan kita, apakah dengan ini kita tetap menganggap dia adalah musuh kita ?
2. Jika Osama ada mengakibatkan kematian dari kenalan kita, apakah kita bisa dengan mudah mengampuninya ?
3. Mengasihi musuh, tujuan utamanya adalah untuk :
a) Mencegah hate begets hate (bahasa lain : balas dendam yg tiada akhir).
b) Mencegah hati kita terjerumus ke dalam kegelapan.
4.
a) Apakah dengan menanamkan sebiji peluru ke kepalanya cukup menghapus ‘dosa’ yang semua dia lakukan ? Itu masih terlalu mudah, bandingkan seberapa banyak yg mengalami kesedihan dari korbannya, vs kesedihan yang dia alami setelah dia dibunuh. Dia ditembak mati, plok, hilang kesadaran, gitu saja. Apakah dia dipenjarakan bisa memberikan keadilan kepada semua kesedihan yang dia akibatkan ?
b) Apakah menyiksa dia bisa memberikan keadilan kepada semua kesedihan yang dia akibatkan ?
c) Apakah dengan memberikan hukuman kepada dia, maka semua korban bisa hidup kembali ?
d) Apakah dengan membiarkan dia hidup, menyadarkan dia akan kesalahannya, memberikan dia kesempatan untuk ber’dana’ kepada kehidupan masyarakat bisa ‘membayar’ kejahatannya ?
5. Menurut ‘teori’ dari semua dogma yang ada, Osama akan mengalami penderitaan yang amat sangat di ‘selanjutnya’, apapun doa dari kita pengaruh kehidupan selanjutnya bakal sangat minimal (atau efenya adalah limit x->0). Tetapi, bisa membantu kita sendiri karena menanamkan jiwa belas kasih kita sendiri sehingga mencegah terjadinya (3a) dan (3b).
6. Prokrastinasi
Yang pertama, entah mengutuki atau mendukung. Saya dari dulu malas sih melihat komentar orang-orang tentang hal-hal yang, suka ga suka, sensitif macam begini. Kental fanatisme. Apalagi kalau komentarnya tanpa logika yang kuat dan cuma sekedar “Hidup blablabla” atau “Death to all juice!”. Jujur saja setiap kali membaca tulisan seperti itu perasaan saya jadi gimanaa gitu. Hati saya seperti tertusuk-tusuk ๐ *halah*
Yaa saya ga bisa menyalahkan ini sih. Salah satu yang saya pelajari dalam setahun belakangan ini adalah bahwa yang namanya hidup, suka ga suka akan dapat musuh, entah dibikin atau ga dibikin. Setidaknya orang yang ga disuka. Pasti ada kan? Saya pun ada, salah satunya udah ditulis di atas. ๐ Mungkin yang bisa kita lakukan ya cuma mendoakan mereka untuk mendapat yang terbaik, apapun definisi terbaik itu.
Lapar Bang ๐ฆ
@Eon Strife
tl;dr @_@ Baca dulu
@Eon Strife
Aha, Buddhism-influenced.
OK saya coba jawab sebisa saya sebagai theis, jadi mungkin tidak berlaku bagi orang lain yang agnostik ataupun atheis.
1) Buat saya sih, musuh ideologi, ya. What a pity memang, mengotak-ngotakkan orang berdasar ideologi dan pola pikir.
2) Tentu saja tidak mudah. Kalau baca koran tentang kasus pembunuhan, yang saya tahu kebanyakan keluarga korban akan meminta pelaku dihukum seberat-beratnya. Sedikit sekali yang bisa memaafkan pelakunya dan mendoakannya. Tentunya karena ini sulit, bukan. Tapi yaa sebagai orang yang tak terkait saya lebih suka terhadap reaksi yang kedua (I heard somebody calling me insensitive).
BTW, saya juga tidak jamin bisa kalau kasusnya seperti itu.
3) Bisa disetujui ๐
4)
Menurut saya sih, kejadian-kejadian seperti ini adanya di luar kontrol saya, jadinya ya kita ga bisa berbuat apa-apa. Jadi mau ditembak mati atau ditembak tidak mati atau tidak ditembak, tentang dosa saya tidak bisa bilang apa-apa. Pendapat saya sebenarnya lebih dekat dengan practicality saja. Idealnya, tentu kita bisa menangkapnya hidup-hidup, karena salah satunya bisa buat mengorek info (saya ga ngerti sih tentang urusan begini sih). Kalau kondisi memburuk, misalnya terjadi baku tembak, ya…apa boleh buat. Lagian sepertinya kegiatan terorisme tidak akan berkurang dengan itu, dan mungkin justru meningkat.
Buat saya kok segala sesuatu itu relatif. Kesadaran, kebenaran, prinsip, semua relatif, dan berbeda-beda di tiap kepala. Lagipula apa dia mau “sadar” begitu. ๐
a. Menghapus dosa, emang orang bisa ya.
b & c. Tidak tahu / belum tentu, walaupun saya percaya tidak.
d. “Kesadaran” itu apa sih
5) Untuk yang ini, saya bilang tidak tahu, karena problem ini bukan di dalam domain saya sebagai manusia. Tetapi saya bisa setuju dengan kalimat terakhirnya. Setidaknya mengharapkan hal baik lebih baik daripada mengharapkan hal buruk.
6) Benar juga IMI Minggu panas
tl;dr ๐
LoL, pertanyaan2 itu hanya bahan renungan aja sih, gak perlu capek2 reply pun gak pa pa, nevertheless, good reply :))
6. Sejak kemaren malam, AC saya jadi gitu dingin. Hidup tempat kos \m/
Balas dendam ni ye ๐ Ampun Koooh ^:)^
Saya ga nyalain AC kamar. Makan dulu bos \m/
sejuknya AC~
btw, kok mengira comment saya itu berbau Buddhism ? ๐
‘kehidupan selanjut’ nya maksudku juga bisa berarti masuk surga atau neraka ๐
Plus maybe pertanyaannya ada bersifat brain twister (tipikal Buddhism ? :p), tapi, kalo ajaran Kristianiti dijabarkan, juga brain twister \m/ (3a dan 3b bisa dianggap juga penjabaran dari Golden Rule-nya Jesus :D)
Entah, sepertinya jargon-jargonmu terdengar Buddhist bagiku ๐ Atau mungkin terlalu sering nonton Kera Sakti aja.
Brain twister apaan? Macam bikin otak konslet begitu?
maksudnya Brain Teaser :))
mau yg jargon Buddhism, baca ini, baru asli hardcore jargon ๐ http://en.wikipedia.org/wiki/Jhana#Element_and_formless_meditation
sejujurnya, saya tak peduli dengan bin Laden…
saya tidak merasakan kesenangan dari merayakan kematian orang lain..
I don’t comment on my facebook, my twitter nor my blog ๐
Sama boss. Aku juga malas ribut gak ada ujung kayak gitu. Tapi akun fesbuk-ku nyala terus tuh, nggak perlu di-
syukurideaktivasi akun fesbuk hanya gara2 tewasnya seorang yang bikin heboh. Toh kita bisa milih liat apdet status/komen lain yg lebih menghibur, seperti misalnya mengunjungi status saya akhir2 ini yang penuh dgn link lagu2 retro Jepun tahun 70/80-an.Atau link cerita lelucon kayak tulisan ini
NB. Aku terpaksa meng-hide beberapa status teman waktu SD krn beberapa alasan.
Setuju boss. Kalau soal begini justru membuat kita merasakan “I am still a human.” Wong sebagai theis saja, saya sering liat betapa “Tuhan” saja kadang suka dimusuhi makhluk ciptaannya sendiri koq.
Walaupun untukku pribadi sbg manusia biasa, mungkin masih sulit utk mengasihi musuh. Satu2nya cara hanya diam, atau malah kupuji dengan bahasa halus*
* I mean sarcasm ๐
@itikkecil
Betul mbaksis, kita punya pendapat sama. Sayangnya saya cm punya blog dan facebook. Tapi saya jg sama, nggak bikin tulisan/apdet status apapun ttg bin Laden.
btw, baru ingat, seorang teman “berbaik hati” mengirimkan link foto mayat Osama di wall saya…
hmmmm, saya lagi baca novel filsafat soale. ๐
untuk masuk surga, too much lah…
BTW, saya mulai berfikir, nama-nama diatas itu bukan musuh atau kawan agama tertentu, tapi ini lebih ke masalah polilik. Politik saudara Lambrtz… Kalau sudah politik,IMO sulit sekali melihat mana yang benar dan salah.
Ya, berkasih-kasihlah
@ lambrtz
Cobalah baca Roma 13:4
@ itikkecil
Link foto mayat?
1] foto itu palsu.
2] link itu mungkin scam. Hati2lah mbak.
Saya ngga gitu ambil pusing soal kematian Bin Laden ini. Eh sempet sedikit pusing dan gatel berkomentar karena liat ada status dan twit buta arah yang menganggap ybs adalah pahlawan.
Yang paling saya perhatikan waktu berita ini lagi santer sih soal nama Obama dan Osama yang tertukar disebut atau ditulis