…-nya orang lain. Elitism alert.
Tiap kali saya mendapat kabar ada teman menikah, selalu ada perasaan berkecamuk , yang terkadang menghalangi saya untuk menyelamati mereka, karena saya pantang menyelamati tanpa hati yang penuh dan hanya demi basa-basi (that is to say, kalau saya menyelamati Anda pada perkawinan Anda, be glad, I appreciated your life path hahaha). Walaupun di satu sisi saya senang melihat mereka, di sisi lain saya selalu bertanya-tanya, dengan adanya dunia yang terhampar luas di depan mereka, tidakkah mereka ingin menjelajahinya terlebih dahulu? It’s like you have enough when actually you have just explored sakiprit portion of this world. Pemikiran ini dikarenakan, sebagian besar orang di sekitar saya yang sudah menikah hidupnya akan begitu-begitu saja: beli rumah, pagi kerja sore pulang, malam ngobrol, lalu berantem, lalu ML, repeat, kalau sudah punya anak, repot ngurus anak, dst. Sebagian besar dari mereka bakal memilih hidup mapan, bukan seperti pasangan Pierre Curie – Marie Sklodowska, Noam Chomsky – Carol Schwatz, Hu Jia – Zeng Jinyan, Munir Said Thalib – Suciwati (walaupun majunya bergantian), dan lain sebagainya, yang maju bersama-sama menghadapi dunia. Tapi ini nanti dulu. Kalau mereka dihadapkan pada argumen seperti ini, jawabannya biasanya, “demi ibadah”, “demi kebahagiaan”, dan seterusnya. Jadi mana sih yang lebih penting sebenarnya, menjadi bahagia atau menjadi berguna? Saya pernah mengutarakan pemikiran ini pada orang tua saya, dan saran mereka adalah, “Lah mereka ini ndak usah dipikir!”, yang sebenarnya sangat logis. Cuman yaah sebagai seorang elitis saya tidak bisa tidak bepikiran bahwa [ sensor ] [ sensor ] [ sensor ] [ sensor ] [ sensor ] [ sensor ]. Anyway, my response to this pattern? This. I don’t want a supporter; I want a fellow combatant, to live with extraordinarily! Cool story bro!
saya memilih untuk bahagia… i think that people might think that i am a happy go lucky person
yang nyantai saja dengan hidup dan tanpa target. but hey! i am happy with my life and that’s the most important thing for me 😀
*curcol*
Yang jadi perhatian saya adalah kenapa ada “*curcol*” di situ 😕
karena orang menganggap saya tak punya tujuan hidup yang jelas 😀
Hahahaha, sementara respon Mbak Itik kalau dihadapkan pada tuduhan seperti itu? 😛 (mbulet ke komentar 1 😆 )
Demi kebahagiaan pribadi kemudian menjadikan pernikahannya sesuatu yang berguna kepada sekitar (bukan cuma keluarga lho).
Berjuang sendirian itu sulit, makanya saya butuh partner hidup yang kuat sekaligus lembut.
To live with seeing more people smiling \m/
*halah*
@lambrtz
saya tak peduli. selama saya bahagia dan tak merugikan orang lain.
Aku koq kepikiran waktu situ nanya sama orang tua, jawaban mereka, “Lah, kamu itu khan produk pernikahan nduk! Kalau kita mikir2 mau nikah jama dulu, dan kepikiran terus tanpa tindakan…. kamu ndak bakalan ada di dunia ini sekarang.”
Sekalian nyanyiin ini di pesta pernikahan kalau situ jadi nikah. Yang punya mas Julio kayaknya terlalu ekstrim 😆
mencoba memahami alasan di balik tindakan orang lain itu seperti menulis cerpen tentang berlibur ke pantai berpasir putih dengan hamparan laut biru-hijau plus angin sepoy-sepoy tanpa pernah sekalipun berkunjung ke sana. Mirip respon ortunya lambrtz sih jadinya 😀
Sebagai prokrastinator sejati, topik pernikahan biarlah jadi masalah bila limit waktunya tiba. Future takodok can handle it lah
LOL fellow combatant.
Antum harus dapet tipe Archer mungkin Bro, atau Mage, atau Lancer.
Kalo saya secara tipe Melee, harusnya dapet tipe Military Strategist.
Life is like an RPG~
*Gila keren banget ngga sih saran saya? Iya ngga usah segitunya terima kasih, biasa aja koq. Jadi nggak enak :”->
Well, different people have different choices…
Some only want ordinary lives while others feel the need to experience everything…
We can’t say it’s right or wrong, it’s all about choices 😛
For me, being happy comes first.. Because when I am happy I can do everything more easily and make others happy too…
When I try to do things that (seems) helpful but I don’t like doing it, it usually turns out bad, either for me or for the other party…
Btw I lately have my own weird thoughts about marriage but I haven’t been able to put it into words… maybe later…
aah, tolong betulin kode html di atas dunks 😛
I will respond with my own thought in that.
http://dnial.wordpress.com/2010/06/25/harga-sebuah-cita-cita/
:p
Lama ga berkunjung, gatel buat ga nulis: “ndang rabi, dab!”
😆
/trolling
*kabur*
Coba dijalani dulu napa 😛
Tapi, iya siy sampai detik ini pun saya masih kepikiran pernikahan itu semakin lama akan menuju kemapanan dan berujung pada rasa saling terbiasa dan redupnya hasrat :P. Getar-getar itu akan semakin menghilang, dan istri/suami akan lebih terlihat sebagai teman hidup bukan lagi kekasih
*kebanyakan baca novel Paulo Coelho*😆Tapi kalo dipikir-pikir hidup sendirian itu sepi. Kalaupun kita mandiri dan mengejar cita-cita pribadi, ketika tidak ada orang lain untuk berbagi rasanya hidup kurang memiliki arti. Mungkin dengan menanggung dan bersandar pada orang lain, bahkan memberikan sebentuk pengorbanan adalah jalan untuk menemukan arti hidup yang lebih dalam.
*halah halah*
@Grace, Mizzy
Kalo motivasi saya sih terutama mencari teman hidup untuk saling bantu membantu
menghadapi dunia. Semakin tua, fisik kita semakin berkurang, dan kita semakin sendiri karena teman lain juga sudah berkeluarga nantinya. 😛Dan motivasi fisik lain@itikkecil
That’s the spirit! \m/
@AnDo
Hahahaha, NTYMI, orang tua saya juga nikah dulu baru bertualang. 😛
@Takodok!
Ya itulah tololnya saya. Kebanyakan mikir! Orang belum akan terjadi dalam waktu dekat, kepikirannya sekarang. 😆
@apratz
Saya lancer + black mage, saya mau nyari archer + summoner saja 😆
Ih situ ge er :-”
@Felicia
My point was, often happiness and challenges were at different paths. If I were to seek immediate happiness, I would remain in Java. 😛
Ayo ayo tulis your “weird thoughts” di blog 😛
@dnial
Saya sudah lama sekali komen di sana
@arm
Suk, kapan-kapan! 😈
@Mizzy
Sebenernya sih saya pikir menjadi temen hidup itu jauuuuh lebih berharga daripada kekasih. 😛
kalo gue: ada syukur.. uang hasil jerih payah berguna untuk anak cucu.., ga ada, ya syukur juga.. uang hasil jerih payah jadi bisa dipake sendiri jalan2 keliling dunia.. #eh