Film-film yang Kutonton pada Tahun 2017

Jadi seperti tahun-tahun sebelumnya, inilah daftar film yang kutonton tahun 2017.

  1. Hana (2006). Samurai pasifis, tapi kabarnya balas dendam bohong2annya malah menyemangati para Samurai 47.
  2. Silence (2016). Perjuangan dua orang pastor untuk menemukan senior mereka di tengah penindasan terhadap kaum Kristen di Jepang.
  3. Like Father, Like Son (2013). Putra yang tertukar, dan pola asuh anak yang berbeda.
  4. Yellow Tears (2007). Empat pria dewasa-muda menghabiskan liburan musim panas mengejar aspirasi mereka di bidang seni. Ditonton juga sekitar 10 tahun lalu.
  5. The Lobster (2015). Seseorang dihadapkan pada dua ekstrim yang berlawanan, dan clash dengan keduanya. Ketika jomblo dihukum, dan jatuh cinta juga dihukum.
  6. Daun di Atas Bantal (1998). Kehidupan tiga anak jalanan dan ibu angkatnya di deket2 Malioboro, Jogja. Duluuuuu sekali nonton ini di Bioskop Empire di Jogja sebelum terbakar tahun 1999.
  7. Hacksaw Ridge (2016). Seorang Adventist Hari Ketujuh yang pantang memegang senjata tapi berani maju perang dan menyelamatkan puluhan nyawa.
  8. Lion (2016). Anak kecil nyasar ribuan kilometer. Diadopsi keluarga Australia. Lalu berpuluh2 tahun kemudian mencari tempat asal dan kembali ke rumah.
  9. The Teenage Book Movie (1998). Tipikalisasi film remaja (level SMA) di Singapura dengan cerita cinta-cintaannya.
  10. Have a Song on Your Lips (2015). Seorang pianis kenamaan pulang kampung setelah karirnya kolaps untuk menggantikan temannya, guru musik di SMP mereka dulu, yang sedang hamil.
  11. Kano (2014). Perjalanan grup baseball SMK pertanian yang multi-rasial, dengan anggota orang Jepang, Cina Han, dan aborijin Taiwan dari Chiayi, Taiwan tengah-selatan, yang tadinya tidak pernah menang, sampai ke final turnamen Koshien. Berdasarkan kisah nyata tahun 1931.
  12. Ghost in the Shell (2017). Versi live action dan watered down daripada animenya. Efek visual bagus, ScarJo seksi, tapi ya sudah itu aja.
  13. Ghost in the Shell (1995). Versi anime asli daripada live action di atas. Lebih berat dan pake mikir.
  14. Ghost in the Shell 2: Innocence (2004). Sekuel daripada film di atas. Lebih berat lagi. Mayor Motoko tidak banyak keluar.
  15. PK (2014). Alien di bumi gak bisa pulang dan terbingung-bingung sama agama.
  16. Trainspotting (1996). Pecandu narkoba mencoba untuk jadi bersih tapi gak bisa-bisa gara-gara faktor lingkungan.
  17. Dead Poets Society (1989). Guru dengan metode mengajar unorthodox dan anak-anak “bengal” di sekolah konservatif.
  18. T2: Trainspotting (2017). Sekuel daripada film ke-16. Dendam antar teman yang masih berlanjut dua puluh tahun kemudian.
  19. Sanshiro Sugata (1943). Film pertama Akira Kurosawa. Prototype film-film shounen. Pejudo yang bertalenta tapi bersumbu pendek mencapai kedewasaan.
  20. Arrival (2016). Kedatangan alien jinak dan proses mempelajari bahasa dan tulisan yang sangat-sangat asing. Paradoks waktu dan kebebasan kehendak.
  21. Sanshiro Sugata Part II (1945). Lanjutan daripada film ke-19 tapi kok malah lebih wagu pertunjukan silatnya.
  22. Hot Fuzz (2007). Polisi berprestasi dimutasi dari London ke desa di Gloucestershire yang konon “damai” ternyata menyimpan misteri menyeramkan.
  23. Shaun of the Dead (2004). Film zombie komedi ala pembuat yang sama seperti film sebelumnya.
  24. In This Corner of the World (2016). Gadis remaja menjadi cepat dewasa di Jepang masa Perang Dunia II.
  25. The Garden of Words (2013). Pertemuan seorang anak SMA dan seorang wanita misterius tiap kali hujan pagi-pagi di sebuah taman.
  26. 5 Centimeters per Second (2007). Nonton ulang just because.
  27. Transformers: The Last Knight (2017). Robot-robot bersaing mencari artifak kuno untuk menyelamatkan dunia.
  28. Dunkirk (2017). Pasukan Inggris pada Perang Dunia II terkepung oleh tentara Jerman di Perancis dan mencoba untuk kembali ke Inggris.
  29. I, Daniel Blake (2016). Perjuangan seorang bapak dengan sakit jantung dan seorang single mother melawan birokrasi badan pemberi tunjangan di Newcastle.
  30. 20th Century Women (2016). Menjadi ABG ababil di bawah asuhan seorang single mother yang mengelola kos-kosan yang dihuni gadis-gadis feminis. Punk scene akhir 1970an di Santa Barbara.
  31. Survival Family (2017). Di tengah blackout global, sebuah keluarga dari Tokyo memulai perjalanan menuju Kagoshima ke tempat orang tua sang ibu untuk hidup tanpa listrik.
  32. Final Recipe (2013). Mempersatukan keluarga dengan tradisi kuliner lewat variety show kompetisi memasak.
  33. No Regrets for Our Youth (1946). Pilihan menikah dengan seorang gerilyawan anti-perang, atau hidup stabil going with the flow.
  34. One Wonderful Sunday (1947). Pasangan working class berjuang untuk bisa kencan pada sebuah hari Minggu, di tengah ketidakstabilan finansial, depresi, dan ketidakpastian akan masa depan, dengan duit sebesar 35 yen.
  35. Stray Dog (1949). Polisi baru melacak pistolnya yang hilang dicuri, dijualbelikan, dan digunakan untuk menjalankan pembunuhan.
  36. The Devil’s Candy (2015). Orang skizofrenia/pengikut setan menyatroni penghuni rumah lamanya.
  37. The Most Beautiful (1944). Karyawati pabrik lensa merelakan diri untuk bekerja lebih keras demi memenuhi kenaikan produksi akibat perang.
  38. The Men Who Tread on the Tiger’s Tail (1945). Yoshitsune bersama 6 pengikutnya yang menyamar sebagai rahib Buddhist dan seorang tukang angkut, mengelabui penjaga batas propinsi, yang dijaga pengikut Yoritomo, demi memasuki propinsi yang dipimpin temannya.
  39. The Quiet Duel (1949). Dokter cool yang terkena penyakit siphilis, yang waktu itu tidak bisa (susah sekali?) disembuhkan dan memiliki kesan sosial suka gonta-ganti pasangan, tetapi dia sendiri terkena gara2 terkena pisau bedah saat mengoperasi tentara waktu PD 2. Sentimental ketika tunangannya, yang dia sendiri putuskan untuk tidak menikahi gara2 sipilis, akhirnya menikah dengan orang lain.
  40. Drunken Angel (1948). Persahabatan dokter tukang mabok dengan seorang yakuza yang tersingkirkan grupnya.
  41. Rashoumon (1950). Kesaksian yang berlawan dari berbagai pihak tentang suatu kasus pembunuhan. Sudah pernah ditonton jauh pada masa lalu.
  42. Star Wars: The Last Jedi (2017). Rey dilatih Luke menjadi Jedi lalu melawan Kylo Ren dan First Order. Kalau gak diajak teman-teman gak nonton.
  43. Our Time Will Come (2017). Gerilyawan Hong Kong melawan penjajahan Jepang.
  44. La La Land (2016). Aktris dan musisi jazz hopeful kencan tapi lalu [spoiler].
  45. Ferdinand (2017). Banteng kuat dan perkasa yang pasifis, suka mencium bunga dan benci berkelahi, dalam perjuangannya keluar dari dunia bullfighting.

Statistik negara pembuat:

  • Jepang: 20
  • USA: 10
  • UK: 5
  • Mix: 5 (The Lobster, Hacksaw Ridge, Lion, Final Recipe, Dunkirk)
  • Indonesia: 1
  • Singapore: 1
  • Taiwan: 1
  • India: 1
  • Cina/HK: 1

Tahun ini saya sukses menonton film dua kali lipat dari jumlah yang ditonton pada 2016. Pun yang ditonton bagus-bagus. Beberapa, seperti 5 Centimeters per Second dan Rashoumon, sudah pernah ditonton sebelumnya, tapi ditonton lagi demi nostalgia.

Film-film Jepang kembali pada kodratnya dalam mendominasi film yang saya tonton. Ini juga disebabkan saya menonton secara semi-kronologis film-film daripada bikinan Akira Kurosawa. Selain itu, film UK juga agak banyak yang ditonton. Di sisi lain film Cina dan Korea berkurang drastis. Mungkin kedua hal ini disebabkan saya yang sudah meninggalkan Asia dan agak kehilangan feel dengan bangsa-bangsa ini.

Karena banyak film bagus yang ditonton, agak susah menulis rankingnya. Tapi akhirnya keputusan saya adalah sebagai berikut (hanya film yang ditonton pertama kali bisa dimasukkan).

  1. Kano
  2. PK
  3. Hacksaw Ridge
  4. Hot Fuzz
  5. Trainspotting

Film UK menempati posisi 1 dan 2; keduanya berturut-turut bersetting di Edinburgh dan kota fiktif di West Country. Sepertinya kepindahan saya ke UK memperkuat feel yang saya dapat ketika menonton film-film ini.

Sudah segitu saja. Sampai jumpa tahun depan di blog yang jarang update ini!

Cepat Pulang, Cepat Kembali Jangan Pergi Lagi

I often found myself being bothered by songs about coming home/homesickness/missing a travelling person. [500 Miles]. Firasat. [Rumah Kita]. This is most probably related to [my desire to travel]. And as such a person I revere songs on travelling. [Freebird] being the [most prominent example].

The post title translates roughly to “quickly go home, quickly return and don’t leave again” from Marcell’s Firasat (Hunch?), which I heard being performed by one of the guest band in today’s Indonesian Diaspora Gathering in Bristol. BTW I and some other Indonesians in Cardiff also performed there.

Home is where your heart is. So bring your home as you travel.

Slice of Life 12 2 2017

The last days have been cold. Not cold cold, but pretty cold for Cardiff.

So I moved house. To somewhere closer to the coach station.

I am going to London in March. Let’s see what I can see there.

And work has been tough. I knew it would touch interoperatibility but I didn’t expect the intensiveness.

Changed Priorities

I used to have a page on the sidequests/non-work or family-related things that I want to do. But over the years many things I wrote there have become irrelevant, so I decided to take it off. As a substitute, now I keep a Some Lists page.

When in York

I remember when I was in York for New Year, I and my friends met an old Chinese (ethnicity) man. He thought we were from Malaysia. I immediately noticed that his accent was very Malayan peninsular with probably 10% Hong Kong/Cantonese part. He initially didn’t want to say where he was originally from, but later on he admitted that he is Cantonese who was born in Penang and grew up in Singapore, before moving to UK around the independence of Singapore (I don’t know if it was the independence from UK or the separation from Malaysia).

I don’t know how it feels like to become an overseas Chinese. My impression is that Chinese people are everywhere, you are all travellers who once reach your destinations you settle down there. Everywhere you go, it is quite likely to meet somebody who speaks a similar language, culture, and that same vision*. But that old man seemed to express that, loneliness, and remorse. Singapore was a new and underdeveloped country back then, so he decided to go to the UK. But he seemed to regret that as the rest of his family is still in Singapore. BTW he also quite fancied Lee Hsien Loong, repeatedly saying “The Singapore PM studied in Cambridge.” Something that I feel many Singaporeans friends don’t share perhaps haha.

*(A little side note: My people, the Javanese people, are rather at the other end of the spectrum to me: if I meet a random Javanese person on the street here, and that is already quite unlikely, I would guess 99% of the time that s/he is a student; and s/he will probably go back home after finishing her/his study. That, or a diplomat. But they will be in bigger cities probably. A tourist? Nah, who would think to go to Cardiff.)

Anyway he said that there is only a small Chinese community in York, so every year he travels to Manchester, about 1-2 hours away, to celebrate Chinese New Year. Manchester has probably one of the biggest Chinese communities in the UK and the celebration is much merrier there. He even compared to the Gregorian calendar new year celebration, which I agree with him is very humble: no fireworks, only people gathering in front of the York minster and the church bell ringing a few times. That’s it. Anyway he recommended us to go to Manchester on CNY as it would be much much bigger.

Well I don’t know how I should close this post. But I felt a little bit strange as my story is a little like him. Three weeks and a few hours before that I was still in Singapore, where I had stayed for more than 8 years.

(originally a Facebook post)


lambrtz looks like this

Me

You can write comments in any language that you want, but please bear in mind that I only understand 4 languages: English, Indonesian, Javanese and Malay.

Archives

Categories

April 2024
S M T W T F S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  

Top Posts

Click to view my Personality Profile page